Diskusi Prodi PBSI: Gelitik Budaya Literasi Komering

Stkipnews. Perlukah Menulis Komering? Begitulah kalimat tanya sederhana yang dipilih sebagai topik diskusi, Jumat (30/07). Diskusi via zoom meeting ini diselenggarakan oleh Pusat Kajian Komering, sebuah lembaga di bawah naungan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) STKIP Nurul Huda Sukaraja.

Menurut Dedy Mardiansyah, M.Pd. selaku Koordinator Puskakom (Pusat Kajian Komering), lahirnya lembaga ini atas inisiasi lewat Seminar Daerah HMPS PBSI STKIP Nurul Huda Sukaraja dalam rangka peringatan Bulan Bahasa Tahun 2015 dan secara resmi berdiri tahun 2018.

Terkait diskusi yang diselenggarakan Puskakom kemaren, Dedy yang mempunyai panggilan akrab Gus Ded mengatakan bahwa diskusi programatik terkait kegiatan menulis Komering. Disebabkan meningkatnya kebutuhan akan pengembangan literasi Komering. Secara internal Prodi PBSI dan STKIP Nurul Huda tematik Komering telah semakin jelas menjadi bagian dari peta jalan pengembangan mutu internal. Baik secara akademik, penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat.

 “Ya, topik diskusi sengaja kita ketengahkan begitu. Kiranya dapat menggelitik kesadaran berbudaya warga OKU Timur. Agar mau melestarikan bahasa daerahnya yakni Bahasa Komering demi terwujudnya ketahanan nasional,” jelas Dedy disela-sela kesibukanya.

Topik diskusi itu ternyata memang menarik. Waktu diskusi yang semula hanya dialokasikan satu setengah jam, ternyata, menjadi tiga jam. Belum lagi para narasumber diskusi yang memberikan pengantar dengan penuh semangat. Adapun narasumber yang diundang adalah Dr. A. Erwan Suryanegara, M.Sn., Dr. Meita Istianda, S.IP.Si., Drs. A. Rapanie Igama, M.Si., Dodi Purnama, ST., MM., Agung Kurniawan Arlan dan Himawan Bastari, S.Pd. Kesemua narasumber diskusi yang diundang itu adalah di antara para tokoh literasi Komering yang selama ini berjejaring dengan Pondok Pesantren Nurul Huda (PPNH) Sukaraja melalui Puskakom-nya.

Dr. A. Erwan Suryanegara, M.Sn. saat Menyampaikan Materi

“Dua tokoh dari daftar tersebut belum bisa hadir. Pak Rapanie yang merupakan Ahli Aksara Ungga’ atau Aksara Ulu Khas Komering karena waktu konfirmasi dari kami yang begitu mepet. Kiay Agung Kurniawan yang masih pemulihan kesehatan. Beliau puteranya Allahu Yarhamuhu Pak Haji Arlan Ismail, tokoh literasi Komering legendaris. Kiay Agung ini yang kirim kita literature Komering karya Pak Arlan. Kiay Agung juga sering memberikan catatan sesuai perspektif Pak Arlan dalam diskusi kita di grup WA Pusat Kajian Komering,” imbuh Dedy.

Diskusi tematik Komering ini juga tidak hanya menarik para dosen dan mahasiswa dari beberapa program studi di lingkungan STKIP Nurul Huda Sukaraja. Tetapi juga peserta dari luar pulau Sumatera. Bahkan tokoh masyarakat Komering serta mahasiswa dari Pulau Jawa juga turut aktif dalam diskusi. Termasuk penulis buku “Mamang dan Belanda”, Jousairi Hasbullah. Tokoh Komering satu ini sebagaimana keterangannya dalam diskusi, kini tinggal di Jakarta.

Kegiatan Diskusi yang Diikuti dari Berbagai Kalangan

Kegiatan diskusi yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini telah menghasilkan beberapa rumusan. Pertama, bagaimana upaya agar Bahasa Komering pantang punah di OKU Timur dan di kancah Nusantara. Kedua, bahasa Komering akan dijadikan Mata Pelajaran Muatan Lokal Wajib di semua sekolah di OKU Timur. Ketiga, perlu ada kegiatan yang digawangi oleh Puskakom guna mendukung kebijakan pemerintah dalam peletarian bahasa daerah dengan fokusnya menyediakan tenaga pengajar bahasa Komering. Oleh karena itu perlu diadakan kegiatan lanjutan guna mencapai semua tujuan tersebut.

“Kami dari Prodi PBSI sangat mendukung sekali Diskusi Programatik Puskakom ini. Selaku penanggung jawab gugus mutu di Prodi, kami akan upayakan bagaimana target dari diskusi ini berupa kegiatan permanen terkait pengembangan literasi Komering melalui pengadaan dan pengembangan bahan ajar berbasis literasi Komering dan berorientasi peningkatan mutu subyek pendidik dan calon pendidik,” terang Suryani Pengelola Gugus Mutu Prodi PBSI STKIP Nurul Huda Sukaraja.

Ketua STKIP bersama Narasumber

Ia juga menegaskan bahwa konsep yang ditawarkan Puskakom terkait Sekolah Menulis Komering memang yang paling relevan untuk itu. “Memang, kita mungkin mulai dari Sekolah Menulis Komering. Lalu ke jurnal ilmiah dengan scope literasi Komering. Baru kemudian ke pengadaan program studi tematik Komering. Skemanya, sepertinya, lebih operasional dan sangat relevan dengan pengembangan mutu Prodi PBSI sendiri. Bayangkan, prodi dengan pusat kajiannya dapat menggarap program hingga melahirkan prodi baru. Bukankah itu sangat mutual, sangat kualitatif?” pungkas Suryani yang juga moderator pada diskusi kemaren.

Ketua STKIP Nurul Huda Saat Memberi Sambutan

Sedangkan Ketua STKIP Nurul Huda, Imam Rodin dalam sambutanya sangat menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan diskusi yang diselenggarakan oleh Puskakom dengan menghadirkan narasumber yang expert dibidangnya. “Harapan kami kedepan STKIP Nurul Huda yang saat ini dalam proses perubahan menjadi universitas mempunyai Program Studi Bahasa Komering” harapnya.


Reporter : Suryani
Editor   : Romy

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *